Jumat, 10 Maret 2017

TEKS EKSEMPLUM

INTAN
STRUKTUR
KALIMAT
Orientasi
Gemercik air hujan masih membasahi dedaunan. Kicauan camar terdengar samar-samar. Namun, sang mentari tetap setia bersinar. Menemani langkah kaki setiap insan dalam menjalani kehidupan. Pagi ini hati Intan secarah awan. Inilah hari yang yang ditunggu-tunggunya semenjak ia harus terbang meninggalkan Kota Batam, berpisah dari teman-temannya dan menyisakan sejuta kenangan tak terlupakan. Tuntutan profesi Papa Intan, membuat ia dan keluarganya menetap di Pacitan. Sebuah kota kecil yang jauh dari keramaian. Kini ia tinggal di rumah Eyang bersama kedua orang tuanya dan seorang adik bernama Yuda.

Insiden
Ruas jalan Pacitan yang masih lengang membuat mobil melaju tanpa hambatan. Dari atas jembatan, Intan melihat sungai dengan arusnya yang tenang. Udara yang segar berpadu dengan rimbunnya pepohonan di tepi jalan membuat Intan kagum dengan kota barunya. Hingga ia tidak menyadari bahwa ia telah berhenti di depan bangunan yang bertuliskan SMP Negeri 1 Pacitan.
Langkah Intan berayun riang saat memasuki sekolah idaman di Pacitan. Ia menuju ruang Tata Usaha. Dengan berbagai pertimbangan, Intan pun ditempatkan di kelas VIII E. Seorang guru kesenian mengantarnya ke kelas tersebut yang letaknya di lantai 2, barat lab bahasa.
Jantung Intan serasa dilalui kawanan kuda perang ketika ayunan langkahnya terhenti di depan papan putih yang penuh coretan. Melihat kedatangan Intan, tak satupun senyuman merekah dari bibir teman-teman barunya. Yang terlihat hanyalah wajah sadis dan tatapan sinis. Hati Intan mulai tergoncang, tubuhnya gemetar. Namun, ia tutupi dengan senyum harapan. Dicobanya untuk menabur benih keyakinan dalam-dalam dengan memperkenalkan dirinya dengan santai. Intan pun dipersilakan duduk sendirian di bangku paling belakang.
Intan mencoba untuk mengajak berkenalan dengan teman di sekeliling bangkunya, namun mereka semua menghiraukan Intan, bahkan uluran lembut tangan Intan tidak terbalas sama sekali. Dengan perasaan yang berantakan, tubuhnya lemah, angannya lelah, hatinya gundah dan gelisah. Namun, ia berusaha untuk tetap tabah. Mencoba tetap tersenyum. Ia duduk termenung. Berusaha agar air matanya tidak terbendung.
Di bangku paling depan, terlihat teman-temannya dalam kesibukan. Mereka tampak serius membicarakan sesuatu. Intan pun mengusap air matanya. Mencoba mengumpulkan segenap keberanian untuk mendekati mereka.
 “Hai, teman-teman! Apa yang sedang kalian bicarakan? Bolehkah aku ikut bergabung?” tanya Intan pada teman-teman barunya dengan penuh harap.
“Kami sedang merancang baju kelas.” jawab Digo ketua kelas VIII E tanpa memancarkan ekspresi apapun.
Intan pun langsung membantu teman-temannya yang sedang merancang baju dengan semangat karena itulah hobbi nya. Ia yakin teman-temannya akan menyukainya. Ia memberikan banyak saran, pendapat dan bicara panjang lebar tentang rancangan tersebut. Karena terlalu bersemangat, ia tak menyadari bahwa banyak teman-temannya yang juga ingin berpendapat. Namum selalu ia potong dan berkata bahwa itu kurang cocok untuk rancangan tersebut.
“Cukup!” bentak Elia.
Suara itu bagaikan petir yang menyambar hati Intan. Seketika ia menghentikan bicaranya. Ia melihat sorotan mata kesal di setiap bola mata teman-temannya.
“Siapa kamu! Kamu ini bukan anggota kelas kami! Kamu sama sekali tidak punyak hak untuk ikut merancang baju kami! Baru sehari saja sudah belagu! Dasar mulut besar!” kata Elia sangat marah.
“Kamu juga seenaknya memotong pendapatku! Kamu pikir kamu itu siapa!” ucap Auri sambil mendorong Intan sampai terjatuh.

Intan berlari menuju tempat duduknya. Ia tak menyangka semua akan seperti ini. Kawanan kuda perang yang semula hanya melewati jantungnya, kini telah menginjak dan memporak-porandakannya. Hatinya pilu, angannya layu, bibirnya membisu. Terlalu bersemangat membuat teman-temannya marah dan kesal. Apalagi sifatnya yang cenderung memaksakan kehendak. Kini ia hanya bisa menyesali semuanya.
Interpretasi
Intan pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia berharap esok dan hari-hari yang akan datang lebih indah serta teman-teman barunya dapat menerimanya. Hikmah yang dapat diambil adalah cobalah untuk mengenali karakteristik teman yang baru dikenal, jangan suka memotong pembicaraan orang lain dan hargailah pendapat orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar