INTAN
STRUKTUR
|
KALIMAT
|
Orientasi
|
Gemercik air
hujan masih membasahi dedaunan. Kicauan camar terdengar samar-samar. Namun,
sang mentari tetap setia bersinar. Menemani langkah kaki setiap insan dalam
menjalani kehidupan. Pagi ini hati Intan secarah awan. Inilah hari yang yang
ditunggu-tunggunya semenjak ia harus terbang meninggalkan Kota Batam, berpisah
dari teman-temannya dan menyisakan sejuta kenangan tak terlupakan. Tuntutan
profesi Papa Intan, membuat ia dan keluarganya menetap di Pacitan. Sebuah
kota kecil yang jauh dari keramaian. Kini ia tinggal di rumah Eyang bersama
kedua orang tuanya dan seorang adik bernama Yuda.
|
Insiden
|
Ruas jalan
Pacitan yang masih lengang membuat mobil melaju tanpa hambatan. Dari atas
jembatan, Intan melihat sungai dengan arusnya yang tenang. Udara yang segar
berpadu dengan rimbunnya pepohonan di tepi jalan membuat Intan kagum dengan
kota barunya. Hingga ia tidak menyadari bahwa ia telah berhenti di depan
bangunan yang bertuliskan SMP Negeri 1 Pacitan.
Langkah
Intan berayun riang saat memasuki sekolah idaman di Pacitan. Ia menuju ruang
Tata Usaha. Dengan berbagai pertimbangan, Intan pun ditempatkan di kelas VIII
E. Seorang guru kesenian mengantarnya ke kelas tersebut yang letaknya di
lantai 2, barat lab bahasa.
Jantung
Intan serasa dilalui kawanan kuda perang ketika ayunan langkahnya terhenti di
depan papan putih yang penuh coretan. Melihat kedatangan Intan, tak satupun
senyuman merekah dari bibir teman-teman barunya. Yang terlihat hanyalah wajah
sadis dan tatapan sinis. Hati Intan mulai tergoncang, tubuhnya gemetar.
Namun, ia tutupi dengan senyum harapan. Dicobanya untuk menabur benih
keyakinan dalam-dalam dengan memperkenalkan dirinya dengan santai. Intan pun dipersilakan
duduk sendirian di bangku paling belakang.
Intan mencoba
untuk mengajak berkenalan dengan teman di sekeliling bangkunya, namun mereka
semua menghiraukan Intan, bahkan uluran lembut tangan Intan tidak terbalas
sama sekali. Dengan perasaan yang berantakan, tubuhnya lemah, angannya lelah,
hatinya gundah dan gelisah. Namun, ia berusaha untuk tetap tabah. Mencoba
tetap tersenyum. Ia duduk termenung. Berusaha agar air matanya tidak
terbendung.
Di bangku
paling depan, terlihat teman-temannya dalam kesibukan. Mereka tampak serius
membicarakan sesuatu. Intan pun mengusap air matanya. Mencoba mengumpulkan
segenap keberanian untuk mendekati mereka.
“Hai, teman-teman! Apa yang sedang kalian
bicarakan? Bolehkah aku ikut bergabung?” tanya Intan pada teman-teman barunya
dengan penuh harap.
“Kami sedang
merancang baju kelas.” jawab Digo ketua kelas VIII E tanpa memancarkan
ekspresi apapun.
Intan pun
langsung membantu teman-temannya yang sedang merancang baju dengan semangat
karena itulah hobbi nya. Ia yakin teman-temannya akan menyukainya. Ia
memberikan banyak saran, pendapat dan bicara panjang lebar tentang rancangan
tersebut. Karena terlalu bersemangat, ia tak menyadari bahwa banyak
teman-temannya yang juga ingin berpendapat. Namum selalu ia potong dan
berkata bahwa itu kurang cocok untuk rancangan tersebut.
“Cukup!”
bentak Elia.
Suara itu
bagaikan petir yang menyambar hati Intan. Seketika ia menghentikan bicaranya.
Ia melihat sorotan mata kesal di setiap bola mata teman-temannya.
“Siapa kamu!
Kamu ini bukan anggota kelas kami! Kamu sama sekali tidak punyak hak untuk
ikut merancang baju kami! Baru sehari saja sudah belagu! Dasar mulut besar!”
kata Elia sangat marah.
“Kamu juga
seenaknya memotong pendapatku! Kamu pikir kamu itu siapa!” ucap Auri sambil
mendorong Intan sampai terjatuh.
Intan
berlari menuju tempat duduknya. Ia tak menyangka semua akan seperti ini.
Kawanan kuda perang yang semula hanya melewati jantungnya, kini telah
menginjak dan memporak-porandakannya. Hatinya pilu, angannya layu, bibirnya
membisu. Terlalu bersemangat membuat teman-temannya marah dan kesal. Apalagi
sifatnya yang cenderung memaksakan kehendak. Kini ia hanya bisa menyesali
semuanya.
|
Interpretasi
|
Intan
pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia berharap esok dan hari-hari yang akan datang
lebih indah serta teman-teman barunya dapat menerimanya. Hikmah yang dapat
diambil adalah cobalah untuk mengenali karakteristik teman yang baru dikenal,
jangan suka memotong pembicaraan orang lain dan hargailah pendapat orang
lain.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar