Jumat, 10 Maret 2017

TEKS EKSEMPLUM 2



KISAH SAUDAGAR KAYA
STRUKTUR
KALIMAT
Orientasi
Alkisah hiduplah seorang saudagar kaya raya yang bergelimpangan harta tanpa pernah merasa susah. Segala apa yang dia inginkan dapat dimilikinya dengan mudah tanpa perlu menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkannya. Namun, saudagar itu tak pernah merasa bahagia, dia selalu bermuram dan merasa hambar dalam menjalani hidupnya.
Insiden
“Aku tahu kenapa hatiku selalu risau dan tak pernah merasa bahagia, itu semua karena aku baru punya satu rumah mewah dan tak punya kendaraan pribadi untuk memudahkanku dalam bekerja!” pikir saudagar. Tak sampai satu minggu, kedua keinginannya pun terpenuhi. Namun, beberapa minggu selanjutnya, hati saudagar kembali risau. Saudagar itu pun merasa kekayaannyalah yang telah membuatnya bosan dan bahagia. Akhirnya, dia memutuskan untuk menjadi orang biasa dan tinggal seorang diri di kota terpencil. Akan tetapi, kesulitan yang dialaminya menambah rasa sedih dan risau di hatinya, dia pun kembali ke keluarganya dan kehidupannya yang dulu.
Dalam perjalanan pulang, tak sengaja mobil saudagar  menabrak pedagang asongan yang membuat dagangan pedagang tersebut berhamburan, rusak dan tidak bisa dijual lagi. Dengan perasaan cemas, saudagar menolong pedagang asongan tersebut dan meminta maaf. Ia sangat merasa iba padanya. Oleh karena itu, ia menawarkan ¼ dari harta kekayaanya sebagai ganti rugi, supaya pedagang tersebut hidup bahagia dan tak lagi bekerja menjadi pedagang asongan. Dengan senyum lebar pedagang menjawab “saya tidak memerlukan harta anda, saya sudah cukup bahagia dengan kehidupan saya saat ini.” tolaknya yang membuat saudagar kaget.
“Maaf sebelumnya, apakah laba saudara dari berdagang seperti ini cukup besar?” Tanya saudagar yang penuh keheranan. Pedagang asongan hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa. “kenapa saudara hanya tersenyum mendengar pertanyaan saya?” Tanya saudagar lagi. “Perlu saudara ketahui, berdagang seperti saya untung yang paling besar bukanlah materi tapi tantangan naik turun kendaraan, berlarian, kepanasan bahkan kehujanan dalam menjajakan dagangan saya” jawab pedagang asongan dengan santai. Mendengar jawaban seperti itu, Saudagar kembali mengerutkan dahinya, rasa heran akan kebahagiaan yang selalu terpancar dalam diri pedagang asongan itu semakin mengebu-gebu.
“Tapi, mengapa saudara bisa tertawa riang seperti hidup penuh dengan kebahagiaan padahal saudara tak berlimpah harta dan hanya seorang pedagang asongan? Selama ini saya selalu mencari dimana letak kebahagiaan itu, padahal saya sorang saudagar kaya tak pernah kesusahan namun tetap saja saya tak pernah merasa bahagia dengan apa yang saya miliki” cerita sudagar. “Saudara perlu tahu, letak kebahagiaan sesungguhnya bukan pada materi saja, harta yang berlimpah atau terbatas tak selamanya membuat kita bahagia. Tak hanya itu, semua yang kita miliki tak akan pernah berarti apa pun serta membuat kita bahagia karena letak kebahagiaan yang hakiki ada pada diri kita pribadi” jawabnya dengan santai. “Maksud saudara apa? Saya tak mengerti. “Letak kebahagiaan yang hakiki terletak pada diri kita sendiri melalui satu rasa yakni rasa syukur. Tanpa rasa syukur semua yang kita miliki tak akan pernah membuat kita bahagia karena kita tak akan pernah puas dengan apa yang sudah kita miliki”. “Terima kasih banyak. Saudara telah memecahkan kerisauan hati saya selama ini dalam mencari letak kebahagiaan” ucap saudagar kepada pedagang asongan tersebut yang telah memecahkan masalahnya.
Interpretasi
Hikmahnya kita tak akan pernah merasa bahagia tanpa ada rasa syukur. Karena dengan rasa itu seperti apapun kondisi yang sedang kita jalani tak akan pernah membuat kita bersedih dan merasa risau. Oleh karena itu, sebagai manusia hendaknya kita menanamkan rasa syukur dalam diri kita dalam segala situasi dan kondisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar